dalam tatapmu,
ada semayam,
damai.
buatku rindu
ingin pulang.
tatap aku agar merindu, selalu.
bawa aku, kembali.
dalam tatapmu,
ada semayam,
damai.
buatku rindu
ingin pulang.
tatap aku agar merindu, selalu.
bawa aku, kembali.
kamu tau itu,
hanya yang sedang jatuh cinta
yang dapat menikmati alunan irama
: entah indah entah gundah entah harapan atau rintihan
dan aku seperti jatuh cinta
dan kau jadikannya membara
kirimi aku irama-irama tentang cinta, tentang kita
buat aku terus jatuh cinta, kepadamu
: jangan padamkan
karena sungguh,
setiap irama terdengar masuk akal
bagi para pecinta
mungkin bagian terindah dari mencinta adalah merindu
kamu tak tampak
bukan lenyap
tak ada tanda
tak ada jejak
bahkan tak sebulir aroma
aku memanggilmu
hingga parau
hingga ingin meledak ledak,
hingga ingin kusobek dada ini
biar lantas melesat jauh, menujumu…
: tak kudengar jawabmu
dan aku merindumu,
menikmati sakitnya merindu tanpa tau rasa rindumu
menikmati tiap bulir air mata yang turut memujamu
menikmati harapan untuk berjumpa denganmu
mungkin bagian terindah dari mencinta adalah merindu
aku masih menunggu
kapan kau ingin bertemuku?
Shalatullāhi mā lāhat kawākib, `ala Ahmad khayri man rakiba ‘n-najā’ib,
`alayhi mina ‘l-muhaymini kulla waqtin, shalātun mā badā nūru ‘l-kawākib
Ta’ummu ‘l-āla wa ‘l-ash-hāba thurran, jamī`ahum wa `itratahu ‘l-athāyib.
Semoga Rahmat Allah senantiasa tercurah kepada Nabi Ahmad (s), sebaik-baik manusia yang menunggangi unta.
Semoga Rahmat Allah, Yang Maha Memelihara, senantiasa tercurah kepada beliau (s) sepanjang masa.
Semoga limpahan rahmat itu tercurah pula kepada keluarga dan para Sahabat seluruhnya dan keturunannya yang diberkati.
apatah bisa kuucap
setiap kata yang kukenal seperti tersesap, lenyap
setiap pengetahuan yang terekam seperti terhapus, kosong
sungguh, tidak ada kata pujian yang mampu menjelaskan kesempurnaanMu
betapa segalanya betapa
betapa pujian hanyalah milikMu, utuh
betapa puja hanya layak disembahkan kepadaMu, utuh
Allah, segala puji dan puja adalah milikMu
biar kusampaikan padamu
haruku di kedatanganmu kini
sungguh, ada ruang sepi tanpa ia di sini
tapi, ada ruang lain yang terisi dengan ia di sini
Ramadhan, syukur alhamdulillah,
Ia sungguh Maha Adil, sungguh Maha Adil
. . . Allah . . .
“Kenangan masa lalu adalah tukang sihir licik yang sangat tangguh. Jika kau tidak berhati-hati, dia akan membujukmu kembali ke masa lalu dan dia akan mereguk air murni kehidupanmu sendiri. Lantas, kau akan mendapati dirimu begitu hampa ditemani kabut mimpi yang melenakan . . . Sang Maha Agung ada di sini, saat ini. Jika kau terlalu sibuk melihat masa lalumu, atau bahkan cemas terhadap kehidupan mendatang, kau tidak akan melihat-Nya. Kau akan melupakan-Nya. Dan, jika kau melupakan-Nya, hidup ini tidak layak kau jalani.”―Rumi, Kimya Sang Putri Rumi